Malam telah larut , mata seakan tak mau terpejam tuk mengistirahatkan jiwa yang lelah ini,
Tapi disisi lain bayangan ini tlah lelap dengan alas tidur seadanya hanya mulut yang tak kunjung bicar sepatah katapun tuk temani mata ini terjaga di malam dingin ini,
dalam benak terpikir tentang semua yang belum bisa aku lakukan dan aku ciptakan karna terhalang oleh sebuah materi yang mungkin tak berharga sama sekali di mata sang pencipta .
Walaupun begitu dia cukup berpengaruh dalam kehidupan yang serba cepat/instan dalam hati menagis lirih antara sadar tak sadar meski kelopak mata ini mampu membendung derasnya air mata yang tlah berganti dengan helaan nafas panjang tuk tenangkan segala gundah di jiwa ini.... !
Meski Lewat heningnya semilir angin malam yang terus menberi ruang gerak nafasku ini kusampaikan maaf tuk keluarga, kakak, sodara, Dan yang Paling Utama Ayah dan Ibu yang tak pernah Henti memberi doa yang kau panjatkan untuk segala kesuksesan, Tapi sekali lagi maafkan tingkah dan laku anakmu ini yang seakan memandang acuh bahkan sebelah tangan Mpe Sekarang Belum bisa membawakan senyuman kebahagiaan yang melihatkanmu Tersenyum Kala Diriku terlahir dari mulut rahimmu dan terjaganya ayah sebagai pemberi materi untuk merawat diriku dalam kandungan melalui jiwa dan Raga Ibu ,yang tak pernah mengeluh sediktpun tuk diriku.
Terimakasih ayah dan Ibu Untuk Semuanya Entah Esok ,Lusa ,Kelak Diriku kan wujudkan apa yang sudah terangkaidalam benak pikirku tuk hadirkan senyuman itu pasti, lewat doa yang kau panjatkan untuk Buah Hatimu ,meski terkadang diriku Tak pernah melihat itu semua tapi diriku yakin tak ada sedikitpun luang doa yang luput darimu tuk buah hatimu ini, KU TAK TAKUT dari APAPUN selain kata DURHAKA yang keluar dari Manis mulut dan hatimu.
Ayah , Ibu Maafkan Diriku yang Tak pernah mengerti apa yang kau rencanakan buat diriku!!!
Selamat Malam Dan Selamat tidur wat kedua orang tuaku ,ku kan slalu berdoa yang terbaik untukmu walau bukan lewat jalan berdoa.
Rabu, 04 Januari 2012
Senin, 02 Januari 2012
sebuah ingatan ...
Sakitnya hati karena pengkhianatan, seperti memberi ijin kepada kita untuk membenci dan merencanakan pembalasan dendam, yang mengacaukan irama jantung, menyesakkan nafas, dan menggelisahkan tidur.
Dan itu semua kita lakukan saat orang yang berkhianat itu meneruskan kehidupan dengan ceria, dan sama sekali tak tahu atau perduli dengan panasnya hati ini.
Lalu, apakah jika dia kembali membaik-baikkan diri,
kita akan menerimanya kembali begitu saja ?
Jika iya, apakah kita siap untuk pengkhianatan berikutnya yang lebih sakit ?
Jika tidak, untuk apakah kita marah seperti mengharapkannya kembali?
Sudahlah.
Padamkanlah api dendam ituu ,
yang hanya menyiksa kita tanpa janji kebaikan sampai kapan pun itu.
Damaikanlah hati itu.
hanya orang bodoh yang berpikir untuk melakukan hal-hal bodoh yang merusak dirinya sendiri .
Langganan:
Postingan (Atom)